Aku sungguh tidak merasa baik-baik saja, saat selama seminggu terakhir harus menimbun rindu, dan baru menjumpai pertemuan denganmu hari Minggu lalu. Aku sungguh tidak merasa baik-baik saja, saat menunggu waktu bergulir, hingga pada akhirnya kita bisa saling bergenggam tangan lagi. Kamu terlampau sibuk dengan urusanmu. Aku terlalu sibuk dengan urusanku.
Aku selalu berharap, kita menyimpan rindu yang sama; agar saat bertemu kelak, cukup bahasa hati saja yang berbicara. Setelah selesai Misa di Stasi, kamu menemuiku dengan senyum yang selalu tampak malu-malu.
Kamu menciumku, dalam heningnya udara Kota kelahiranmu pagi itu. Rindu ini jelas selalu berat di aku, namun entahlah apakah rindu ini juga memberatkanmu. Karena mungkin, rasaku dan rasamu, sungguh berbeda di sini.
Sebelum mengikhlaskanmu kembali ke duniamu, aku kembali terbenam dalam tatapanku kepadamu. Kesibukanmu akan merenggutmu sekali lagi. Rutinitasmu akan mencuri dirimu dari diriku lagi. Dan, aku kembali harus bersabar, agar secepatnya kita bisa bertemu lagi.
Sayangku..
Dalam setiap tanya yang tak memiliki jawab, dalam setiap canda yang tidak menyentuh tawa, dalam setiap Rindu yang selalu berujung ragu; masih bolehkan aku bermimpi tentang indahnya sebuah penyatuan bersamamu?
Karena kita jelas melakukan segala di luar batas wajar sebuah hubungan.
Bodohnya lagi, hanya padamu, aku sibuk menumbuhkan harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar